Bangun Bisnis dari Nol, Ini Deretan Pengusaha UMKM Panutan

Image Description

Okti Nur Alifia

1 tahun yang lalu Kabar UMKM
Share:
Image Description

Membangun bisnis membutuhkan konsistensi dan ketekunan. Tidak ada yang instan untuk meraih kesuksesan dalam sebuah bisnis.

Bangun bisnis dari nol, istilah ini memang benar adanya. Memulai bisnis tak semuanya bermula dari keahlian dalam bisnis, tapi terkadang keadaan pun bisa mengantarkan seseorang untuk memulai bisnis.

Lalu untuk mereka yang bisa menangkap peluang dan memanfaatkannya, bisnis itu pun berkembang. Mulai dari menjadi UMKM, hingga bisa melambungkan bisnisnya besar tak hanya di Indonesia.

Ini adalah kisah dari sekian banyak pebisnis UMKM sukses yang bisa banget buat jadi panutan. Siapa saja? Yuk kenalan.

Edwar Tirtanata & James Prananto   

Sumber: Dailysocial.id       

Siapa yang tak kenal Kopi Kenangan? Kopi yang menjadi pelopor, bagaimana binis kafe sekarang merajalela. 

Kopi Kenangan didirikan pada tahun 2017 di Jakarta oleh Edward Tirtanata dan juga James Prananto. 

Melihat orang di Indonesia yang suka nongkrong sambil ngopi, dari sinilah Kopi Kenangan bermula.

Kondisi kopi Indonesia saat itu masih terbilang mahal, lantaran merek kopi internasional yang masih menguasai pasar kopi di Indonesia.  Ditambah lagi belum banyak kafe yang berdiri. Edward dan James bepikir ini adalah peluang bisnis.

Dua sahabat ini ingin menjual kopi lokal yang bisa dinikmati semua kalangan dengan harga yang terjangkau.

Saat hari pembukaan, untuk pertama kalinya kopi ini dipasarkan, Kopi Kenangan mampu menghabiskan 700 gelas kopi, loh. Awalan yang bagus ya.

Sumber: instagram Kopi Kenangan @kopikenangan.id

Nama Kopi Kenangan sendiri dipilih agar mereka yang membeli merasa nyaman saat datang ke kafe. Tentunya juga agar semakin akrab, khususnya di kalangan kawula muda. 

Kopi Kenangan pun membuat strategi promosi yang unik. Setiap kopi yang mereka sajikan punya nama yang unik dan receh. Namun keunikan ini justru banyak yang menyukai dan mendukung. 

Nama-nama kopi yang dibuat contohnya seperti Kopi Kenangan Mantan, Kopi Kenangan Masa Lalu, Kopi Lupakan Dia, dan lainnya. 

Ide kreatif ini membuat pelanggan mereka pun dengan sukarela mempromosikannya di media sosial. Promosi tersebut juga menghemat biaya marketing, loh. 

Promosi Kopi Kenangan semakin menjangkau masyarakat luas dengan harga saat itu Rp 15.000 per gelas yang tidak terlalu mahal.

Kopi Kenangan sekarang sudah mempunyai 300 gerai dengan 3000 karyawan. Edward dan James juga terus berinovasi dengan membuat aplikasi ponsel khusus untuk membeli menu kopi, sangat berkembang ya. Aplikasi tersebut sudah menjangkau lebih dari 1 juta pelanggan.

Kopi Kenangan juga mendapat dana dari berbagai investor seperti Sequoia India, Arrive, Serena Ventures dan Alpha JWC Ventures. 

Berkat kesuksesan mereka, Edward dan James pun berhasil masuk dalam daftar Forbes 30 under 30 di Asia dalam bidang Retail & Commerce 2019.

Kopi Kenangan adalah contoh bagaimana kita melihat sesuatu sebagai peluang bisnis. Terus berinovasi dan sekreatif mungkin membranding produk agar tak kalah saing di kalangan UMKM lainnya.

Reza Nurhilman

Sumber: Instagram Reza Nurhilman @axl29

Pernah memakan keripik yang mempunyai julukan Keripik Setan karena rasanya yang sangat pedas? Yup, sosok pengusaha UMKM selanjutnya adalah Reza Nurhilman, owner dari keripik singkong ekstra pedas bernama Maicih. 

Maicih saat ini menjadi salah satu brand keripik ternama, dengan level pedasnya dari satu hingga sepuluh. Kamu sendiri sudah coba sampai level berapa?

Awal mula Reza berbisnis karena terinspirasi dari seorang nenek yang menjual keripik pedas di rumahnya saat ia masih sekolah dasar. Berawal hanya dari langganan, Reza pun berani menjual ke teman-teman sekolahnya, dan mendapat respon yang baik. 

Dari situlah Reza terinspirasi nama Maicih. Di tahun 2010 ia pun mencoba berkreasi dan membuat resep camilan dengan mengutamakan rasa pedas. Ide ini berlanjut dengan kerja samanya bersama perusahaan camilan yang ada di Kota Cimahi.

Sumber: Instagram Maicih @infomaicih

Reza memulai bisnisnya tersebut dengan modal 15 juta rupiah di tahun 2010. Saat itu di tahun yang belum banyak penjualan online, Reza justru melakukan pemasaran  melalui Twitter. 

Reza mengakui bagaimana kunci kesuksesaanya tak lain adalah faktor dirinya yang sering berpikir out of the box. Reza tidak membuka toko seperti pada umumnya, ia ingin produknya eksklusif.

Cara pemasaran melalui twitter ia lakukan dengan memberitahu lokasi atau tempat penjualan setiap harinya di wilayah Bandung. Cara unik ini berhasil mengangkat nama Maicih. Dalam waktu setengah tahun, Maicih mampu meraih omzet 7 miliar per bulan. Sangat fantastis ya.

Maicih menjadi bukti nyata, bahwa pemasaran yang terkonsep, lalu memanfaatkan media sosial, bisa kita gunakan untuk mengenalkan bisnis UMKM seluas mungkin.

Hendy Setiono

Sumber: Instagram Hendy Setiono @hendysetiono

Masih berbicara bisnis kuliner, apakah kamu familiar dengan Kebab Baba Rafi, yang mungkin saja ada di kotamu? Hendy Setiono adalah orang di balik adanya kebab Turki yang fenomenal ini.

Hendy memang sangat menyukai dunia kuliner. Karena tekadnya yang kuat, Kebab Baba Rafi sekarang menjadi salah satu jajanan primadona. Dalam kisahnya, Hendy rela melepaskan kuliahnya demi bisnis kebabnya.

Hendy mendirikan usahanya pada tahun 2003. Berawal dari ia memakan sebuah kebab oleh-oleh dari ayahnya, Hendy pun terpikirkan untuk memanfaatkan peluang bisnis itu di Indonesia. 

Sumber: Instagram Kebab Baba Rafi @kebabbabarafi

Bermodal uang 4 juta yang dipinjam dari adik perempuannya, Hendy mengawalinya dengan berjualan kebab menggunakan gerobak kecil di dekat kampusnya.

Keadaan jualannya saat itu yang berjejer dengan gerobak martabak, justru dikira berjualan martabak. Dari sinilah Hendy lalu mengganti warna gerobaknya, dari yang semula putih menjadi merah. 

Usahanya pun jadi laris manis, di tahun pertama Hendy sudah membuka enam cabang. Hendy pun mengubahnya menjadi bisnis wiralaba dan menjadi 25 cabang di tahun ketiga.

Hendy melebarkan bisnisnya sampai luar negeri di tahun 2015. Hendy membuka cabang hingga 1.200 outlet yang tersebar di Indonesia, Malaysia, dan Filipina. Bahkan merintis kedainya di Belanda, Jerman, Belgia, dan Inggris.

Kesuksesaanya melambung tinggi, di tahun 2015 tersebut Hendy bisa meraih omzet mencapai 100 miliar lebih. Wow, menakjubkan ya.

Sekarang Hendy menjabat sebagai Presiden Direktur Baba Rafi Enterprise dengan beberapa produk selain kebabnya yaitu Piramizza, dan Ayam Bakar Mas Mono.

Lagi-lagi kita belajar bagaimana melihat peluang untuk mendirikan sebuah bisnis UMKM. Dari Hendy kita belajar untuk berani mengawali ide bisnis dengan mencoba peluang tersebut.

Dea Valencia

Sumber: Instagram Dea Valencia @deavalencia

Setelah membahas bisnis makanan, kita akan beralih ke dalam dunia bisnis fashion.

Dea Valencia, jika mendengar nama ini, pengusaha batik adalah representasinya. 

Dea adalah pendiri Batik Kultur yang sekarang mempunyai omzet hingga ratusan juta rupiah per bulan. 

Dea sudah jatuh cinta dengan batik sedari kecil. Saat kecil, Dea membantu menjualkan Batik Lawas milik ibunya, yang saat itu hanya dalam bentuk kain. Dea pun sangat paham bagaimana proses pembuatan Batik Tulis.

Batik Kultur berdiri diawali karena keinginan Dea yang ingin memiliki baju cantik, ia terpikir untuk menggunting-gunting Batik Lawas, dan dijahit sesuai model yang Dea inginkan. 

Dea pun banyak mendesain produk Batik Kultur. Walaupun tak bisa menggambar, model-model baju yang ia imajinasikan tetap terealisasi degan menstranfer idenya ke seorang ahli gambar kepercayaannya.

Sumber: Instagram Batik Kultur @batikkultur

Batik Kultur sangat mendapat respon positif berkat pemasaran digital di media sosial seperti Facebook, Instagram. Dea mengakui hal ini juga menjadi faktor kesuksesan bisnisnya.

Dea pun sudah mempunyai karyawannya sendiri. Menariknya, dari karyawan yang sudah mencapai 120 orang, 50 orang diantaranya adalah penyandang disabilitas.

Dea ingin memberikan kesempatan untuk mereka berkontribusi, di balik perbedaan mereka. Dea mendapatkan banyak pelajaran dari hal tersebut. Sangat menginspirasi ya.

Bisnis yang Dea dirikan berhubungan erat dengan hal yang ia suka. Jika sebelumnya kita belajar tentang melihat peluang bisnis UMKM, sesuatu yang disuka pun bisa jadi pilihan untuk ide berbisnis. Agar kita terus cinta dan konsisten mengembangkan bisnis tersebut.

Yasa Singgih

Sumber: Instagram Yasa Singgih @yasasinggih

Yasa Singgih adalah pebisnis selanjutnya, dengan brand fashionnya Mens Republic, tempat fashionnya para pria.

Yasa awalnya tidak berkeinginan untuk menjadi pengusaha, tetapi keadaannya saat SMP merubah mindsetnya. Saat itu ayahnya terkena sakit jantung dan mengharuskan untuk operasi ring dengan biaya yang mahal. Tapi alih-alih untuk membayar biaya operasi, ayahnya justru lebih memilih uangnya untuk membayar pendidikan Yasa dan saudaranya.

Demi meringankan beban orang tuanya tersebut. Yasa sempat menjadi MC part time di berbagai banyak acara. Hingga di usia 16 tahun Yasa memulai bisnis fashionnya.

Fashion juga bukanlah bisnis pertama bagi Yasa Singgih. Sebelumnya, ia pun pernah menjual lampu hias.

Bermula dari modal 700 ribu rupiah, Yasa menjual kaos dengan desain kaos yang ia buat sendiri. Sayangnya itu tidak laku. Ia pun mengambil barang di tanah abang, dan Yasa mulai menjual online kaosnya di media sosial.

Yasa pun sempat mendirikan bisnis kopi, bernama “Ini Teh Kopi” di tahun 2012. Enam bulan berjalan bisnis ini bangkrut dan rugi hingga 100 juta. Malangnya, di tahun 2013 ia terpaksa menutup bisnisnya dan kaosnya.

Pasang surut bisnis tidak membuatnya menyerah, Yasa pun kembali mendirikan bisnisnya dengan konsep yang lebih matang.

Tema fashion yang ia konsepkan adalah khusus untuk pria, dengan harga di bawah 500 ribu. Selain itu Yasa pun juga memasarkannya secara online. Produknya menargetkan berkualitas mall, namun dengan harga online shop. Lalu lahirlah, Mens Republic.

Sumber: instagram Mens Republic @mensrepublicid

Yasa memulai dengan menjual sepatu, berlanjut dengan jaket, sandal, dan lainnya. Penjualannya terbilang sukses, dengan laba per bulan mencapai 40%.

Produknya bahkan tembus ke luar negeri seperti Hongkong, Makau, Taiwan, Malaysia, Filipina, hingga Nigeria. Omzet yang dihasilkan pun besar, dengan 200 juta per bulannya.

Di usia 19 tahun, Yasa memutuskan untuk membangun perusahaannya sendiri bersama PT Paramita.      

Tak puas sampai di Mens Republic, Yasa  juga mendirikan jasa konsultasi manajemen dan bisnis properti kavling tanah di Bogor.

Yasa mempunyai prestasi membanggakan yang dinobatkan sebagai “Top 30 Under 30 di Asia” menurut majalah Forbes Indonesia. Yasa Singgih juga mengeluarkan buku berjudul “Never Too Young to Become a Billionaire” yang mempunyai banyak kisah inspiratif dalam perjalanannya membangun bisnis UMKM.

Nicholas Kurniawan

Sumber: Instagram Nicholas Kurniawan @nicholaskurniawan93

Nicholas Kurniawan adalah pengusaha dengan bisnis uniknya yaitu ikan hias. Venus Aquatic, inilah nama brandnya.

Inilah kisah seorang pemuda yang sudah menjadi eksportir ikan hias Indonesia di saat umur 20 tahun.

Nicholas adalah orang yang sangat bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluarganya yang terpuruk karena hutang. 

Ia berani mendirikan bisnis kecil-kecilan, seperti kuliner, MLM, hingga mainan di masa sekolah. Di saat teman-temannya belajar dan bermain, Nicholas sibuk dengan memikirkan, mau berbisnis apa?

Bisnis ikan hiasnya bermula di saat kelas dua SMA. Saat itu temannya memberi sepaket ikan Garra Rufa yang berfungsi sebagai ikan terapi. Nicho yang tidak pernah memelihara ikan, mempunyai insting bisnis untuk menjual ikan hias tersebut di media sosial Kaskus.

Sumber: Instagram Venus Aquatics @venusaquatiqs

Insting bisnisnya pun bermain. Ia mulai menawarkan ikan hias tersebut di salah satu forum media sosial Kaskus. Hasilnya, ternyata banyak yang tertarik. Dari situlah bisnisnya dimulai, ia membuka toko ikan hias online dengan nama “Garra Rufa Center”. 

Alhasil, Nicho berhasil mendapatkan profit 2-3 juta perbulan dan tabungan hingga 10 juta di saat SMA.

Namun di tengah bisnisnya yang mulai berkembang, Nicho sempat tinggal kelas dan tidak naik ke kelas 3 SMA. 

Ia merasa terpuruk dan memutuskan untuk pindah sekolah. Lambat laun setelah SMA, Nicho ingin berkuliah untuk mendalami bisnis dan membiayai sendiri. Dari situ ia menargetkan mempunyai penghasilan sendiri sebesar 10 juta rupiah. Untuk merealisasikannya, Nicho menjalani ekspor ikan hias.

Meskipun sempat pula tertipu hingga 30 juta rupiah, Nicho tetap menjalankan bisnisnya. Hingga berhasil mengumpulkan uang sebesar 100 juta dalam waktu 1,5 bulan saja.

Kerja kerasnya membuahkan hasil, ia pun bisa mendapatkan omset ratusan juta per bulannya. Dan mulai mendirikan Venus Aquatis. 

Hingga pada tahun 2013, Nicho dinobatkan sebagai peraih juara satu Nasional Wirausaha Muda Mandiri dan dikenal sebagai eksportir ikan hias sukses termuda di Indonesia.

Keunikan bisnis UMKM yang Nicho jalani ini, justru yang menjadi hal menarik, karena bisnis ikan hias bahkan ekspor ikan hias adalah profesi yang belum banyak dijalani. Nicho pun berhasil memanfaatkan kesempatan itu.

Hamzah Izzulhaq

Sumber: youngster.id

Hamzah Izzulhaq adalah pebisnis selanjutnya yang sudah sukses di usia muda. Bayangkan saja omzet 520 juta per bulan sudah ia dapatkan di saat umur 20 tahun. 

Jiwa bisnis Hamzah sudah dimulai sejak sekolah dasar. Ia kerap berjualan mainan. Ia juga sempat menjual koran, jasa ojek payung di saat musim hujan, bahkan juga mengamen bersama teman-temannya. 

Saat SMP Hamzah mendapatkan penghasilan aktivitasnya bermain game online yang menjual akun level tinggi hingga bisa mendapat 1,2 juta per bulan. 

Bisnis kecil-kecilannya berlanjut hingga SMA, Hamzah menjual buku sekolah yang bisa meraih untung 950 ribu per semester. Dari sini ia mengumpulkan uangnya untuk membuka bisnis konter pulsa. Mengalami kegagalan, ia berganti memulai usaha memproduksi pin. Namun ia kembali gagal karena belum bisa menguasai teknik dalam membuat pin.

Hamzah pun kembali berjualan dengan menjual snack yang bisa memperoleh keuntungan mencapai 5 juta per bulan. Hal ini juga kembali gagal. 

Puncaknya, Hamzah bertemu seorang mitra bisnis franchise bimbel yang menawarkan kepada Hamzah seharga 175 juta rupiah. Hamzah yang tidak mempunyai uang pun meminjam uang kepada ayahnya sebesar 75 juta rupiah, dan sisanya ia bayar dengan mencicil.

Bisnis bimbelnya pun berkembang pesat hingga mempunyai 3 lisensi bimbel. Dalam setiap 6 bulan Hamzah bisa mendapatkan omzet sebesar 360 juta rupiah. Selanjutnya Hamzah pun membuka bisnis sofa bed yang meraih omzet hingga 160 juta per bulannya.

Hamzah berhasil membuktikan usia tidak mengenal kesukesan. Berawal dari bisnis UMKM tersebut, Hamzah kini menjabat sebagai seorang Direktur Utama PT Hamasa Indonesia.

Wah, bisnis itu memang punya banyak segudang cerita ya. Berbagai macam ide, peluang, dan juga cara promosi bisa kita gali asalkan kita mau berusaha. 

Ini hanyalah beberapa kisah inspiratif dari banyaknya bisnis UMKM yang juga sudah bisa sukses dan bisa menjadi bisnis besar di luar sana. Siapa favoritmu? Apakah kamu juga ingin mendirikan bisnis seperti mereka? 

Sumber:

  1. abckotaraya.id
  2. kumparan.com
  3. liputan6.com
  4. hipwee.com


 

Share:

Related articles